TRIBUNNEWS.COM,
JAKARTA – VP Corporate Communication Pertamina M. Harun mengakui bahwa
kuota Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi kian menipis.
Apalagi, menurutnya, Per September 2011, realisasi konsumsi BBM
bersubsidi jenis premium sudah melampaui 500 ribu kilo liter (kl).
Sedangkan solar sudah berada 50 ribu kl di atas kuota.
”Saat ini kuota sudah over. Kalau dihitung premium sudah melampaui
sekitar sampai September kemarin sudah sekitar 500 ribu kl di atas
kuota. Solar sudah 50 ribu kl di atas kuota,” sebut Harun kepada
Tribunnews.com, saat dihubungi, di Jakarta, Senin (31/10/2011).
Lebih lanjut, Harun juga mengakui bahwa di sejumlah daerah realisasi
penyaluran BBM bersubsidi sudah melampaui kuota yang ditetapkan.
Menanggapi di beberapa daerah yang mulai terjadinya antrian antrian
dan habisnya BBM bersubsidi di SPBU, Harun menyatakan bahwa itu bagian
dari strategi untuk tetap menjaga kuota BBM bersubsidi seperti yang
telah ditetapkan dalam APBN-Perubahan 2011 sebanyak 40 juta kl.
Namun, tegasnya, Pertamina akan tetap menyalurkannya ke daerah-daerah
tersebut dengan jumlah yang terbatas agar kuota BBM bersubsidi tidak
jebol, hingga akhir tahun tidak melampaui 40 juta kl. ”Setiap hari ada
penyaluran. Kalau hari ini tidak, besoknya kita tetap akan
menyalurkannya,” jelasnya.
”Memang dibeberapa wilayah kita lakukan kuota di akhir tahun melewati
kuota. Karena bila kuota itu terlampaui, kita bisa melanggar
Undang-undang (APBN-P 2011-red). Untuk itu kita terus menjaga kuota,”
demikian diterangkan Harun.
Sementara itu, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas)
meminta pemerintah membuat kebijakan pengaturan bahan bakar minyak (BBM)
bersubsidi. Pengaturan mendesak diperlukan agar konsumsi tidak melebihi
kuota yang dipatok di APBN-Perubahan 2011 sebesar 40,4 juta kiloliter
(KL).
Menurut Anggota Komite BPH Migas, Adi Subagyo, jika tidak dibuat
kebijakan pengaturan maka BBM bersubsidi akan melebihi kuota. "Jadi
perlu pengaturan baru, kalau tidak ada upaya apa-apa. Jadi kalau
sekarang didiamkan seperti ini, nanti akan jebol kuota," kata Adi di
Jakarta, Kamis (8/9/2011).
Dia menyebutkan saat ini konsumsi BBM bersubsidi telah ludes 67
persen dari kuota APBN-Perubahan 2011. "Mungkin untuk tahun ini akan
lebih (dari kuota) bisa sampai 41 juta KL kalau tidak ada upaya
apa-apa," ujar Adi. Pengaturan BBM bersubsidi ini menurutnya sangat
diperlukan mengingat angka pertumbuhan kendaraan yang terus meningkat
dari waktu ke waktu.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Karen Agustiawan, juga
memperkirakan kuota konsumsi BBM bersubsidi akan kebobolan sampai akhir
tahun ini. "Penyaluran BBM PSO (bersubsidi) tahun 2011 diperkirakan akan
melampaui kuota APBN-P 2011 karena beberapa hal," prediksinya.
Adapun faktor penyebab bobolnya kuota BBM bersubsidi tahun ini karena
adanya pertumbuhan realisasi konsumsi dalam lima tahun terakhir. Selain
itu, imbuh Karen, rata-rata pertumbuhan kendaraan yang mencapai 14,73
persen per tahun, terhitung tahun 2000-2009, ikut memicu tingginya
konsumsi BBM bersubsidi.
informasi di dapat dari Tribun News
Download buku -buku bermutu dibawah ini :